Ia melarangku menemui orangtua, bahkan titipanku pun dia tidak mau terima. Ternyata, ia menemuiku di sebuah pom bensin dan malah mengusirku. Aku menghubungi Mas Eko, kakak kandungku, sebelum datang ke rumah orangtua, dengan harapan ia akan mendukungku. Aku tidak mau hidup dalam kebohongan, aku ingin menjadi diriku sendiri dan menceritakan segala yang aku rasakan. Beberapa bulan yang lalu aku pulang ke Purbalingga untuk menemui kedua orangtuaku dan menceritakan siapa aku sebenarnya. Pikiranku terserap ke dalam labirin-labirin ingatan yang menyedihkan. “Kamu datang langsung ya ke klinik sekarang.” Badanku gemetar-rasa takut, sedih, khawatir, bingung, semua menjadi satu. Pikiranku melayang, bibirku seperti terkunci. Tak lama kemudian, ada telepon masuk-dari Teh Fika, salah satu senior di klinik tempatku bekerja dahulu. Alhamdulillah, setelah makan, perut terasa kenyang.Īri langsung menyulut sebatang rokok. Perut sangat lapar seperti tidak sabar menerima makanan masuk.
Kami memilih menu favorit-ayam kecap, plus kepala ayam, sambal dan sayur kacang-dan membungkusnya untuk disantap di kosan. “Emang Teteh dah laper?” gumamnya dengan nada lemas.Īkhirnya kami pun berangkat ke warteg. Ia menggeliat dan mengusap bagian mulutnya yang basah karena iler. “Neng, ayo bangun!” Itu panggilan akrabku untuknya. Ia sudah kuanggap adik kandungku sendiri, ke mana-mana kami selalu berdua.Īku mengecek HP yang ku- charge semalaman, ternyata sudah hampir jam dua. Sahabatku Ari masih mendengkur di depan teve, ia bertelanjang dada, memperlihatkan badannya yang penuh tato. Kuikat rambutku yang penuh dengan kawat sambungan waktu itu. Kipas angin kecil di pojok menyerah kalah pada panasnya cuaca Cibitung, Bekasi, salah satu pusat industri terbesar di Indonesia. Di kosan kecil nan pengap aku tinggal, keringat bercucuran di pelipis, kaus merah muda yang kukenakan lembap karena keringat. It was easier with two people pulling the carrige, but one true friend may do so as well.Siang itu, ditemani perut yang mulai terasa lapar, aku terbangun. About a year later I found a second friend who I didn't have for long, because I moved from the place he lived at 2 years later. I started to rely on myself fully, thowing all wieght into pulling the heavy carrige, life. I "met" myself by an insident when I moved to a new country and had little help from people other then my parents. I got lucky, I happened to find two friends. some people live with only one friend (the one I mentioned first), some live with none, lucky ones live with two. A seond true friend is very hard to find, almost imposible. One is lucky to have a true friend, one that is hard to find though he/she is always close: themselves. A freind is a person who you ultimately need, whether you realize it or not. They will be happy about your victories and will share your sorrows. A true friend may laugh at you, but only to make you stronger, a true friend will laugh at your jokes but not at jokes made by others aimed at you. A true friend understands you without talking about it. A friend is not nessasaraly someone who acts kindly to you, a true friend is one who even if may fight with you and argue, will always fight for you when time comes.